Aku adalah seorang sarjana
lulusan salah satu PTN di Jawa Tengah, tepatnya aku seorang Sarjana Hukum. Aku
masuk jurusan hukum bukan seusatu yang direncanakan. Sebelum kuliah di hukum,
aku sempat kuliah di salah satu PTN teknik terbaik di Indonesia yang berada di
Surabaya. Aku pindah jurusan karena beberapa hal, yang jelas aku emang ga cocok
kuliah di teknik, ga sesuai sama minatku. Aku kuliah di sana sebenarnya
terpaksa karena saat itu aku diterima di 2 PTN di Kota Pahlawan, dan kebetulan
PTN teknik yang kupilih uang gedungnya 5x lebih murah dibanding yang satunya
(jaman dulu belum ada UKT, yah ketauan deh tuanya wkwkwk). Setelah 2 tahun
akhirnya aku memutuskan pindah jurusan dan pindah kampus. Aku sempat bingung
karena tak lolos SNMPTN tulis sedangkan aku sudah resmi mengundurkan diri dari
kampus lama. Beruntung masih ada satu jalur tes perguruan tinggi yang merupakan
kerjasama dari beberapa PTN seluruh Indonesia untuk mengadakan seleksi bersama,
salah satunya kampus yang meluluskanku ini. Aku mendaftar dengan satu tujuan,
“ambil jurusan sosial” karena emang dari SD aku memiliki minat di bidang sosial.
Namun, saat mendaftar itu aku masih bingung mau ambil jurusan apa dan dimana
karena memang kuota sangat terbatas. Akhirnya aku menjatuhkan pilihan ke
jurusan hukum, pertimbangannya, kampusnya salah satu PTN favorit dan siapa tau
bisa sesukses bang Hotman…wkwkwkwk. Singkatnya aku mengikuti ujian dan
dinyatakan LULUS!! Aku masih ingat waktu itu pelaksanaan tes dan pengumuman
kelulusan bertepatan dengan Bulan Ramadhan, inilah “Berkah Ramadhan” pikirku
saat itu. Setelah beberapa hari persiapan akhirnya aku berangkat ke sebuah kota
Jawa Tengah untuk mengurus administrasi kuliah sekaligus mencari kos-kosan, dan
akhirnya aku bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu (setelah “molor” 2 tahun di
kampus lama).
Meskipun aku anak hukum, jujur,
aku sama sekali tidak berniat menjadi seorang aparat penegak hukum (hakim,
jaksa) atau seorang lawyer meskipun aku bermimpi bisa sesukses bang Hotman. Aku
lebih suka belajar bidang keperdataan khususnya hukum perusahaan. Aku bermimpi
bisa menjadi legal officer handal di masa depan. Aamiin. Oleh karena itu aku
mengambil skripsi tentang perusahaan yang setelah kubaca lagi ternyata lebih
mirip skripsi anak ekonomi dibanding anak hukum, wkwkwk bahkan dulu waktu
pengambilan data di lokasi penelitian, bapak narasumbernya kaget mengetahui aku
anak hukum karena memang topik yang kuangkat lebih condong ke ekonomi…hahahaaa.
4 tahun 3 bulan, itulah waktu
yang kubutuhkan untuk memperoleh gelar S.H.. Waktu terasa begitu cepat. Padahal
aku merasa baru kemaren aku pindah kampus, eh tau-tau udah jadi sarjana aja.
Saat wisuda aku tak terlalu terbawa suasana suka cita seperti wisudawan lainnya
karena mbah utiku baru saja meninggal, mbah yang selama ini mendukungku dan
ingin melihat cucu kesayangannya wisuda, dan aku gagal mewujudkan itu karena Sang
Khaliq lebih dulu memanggilnya pulang, selain itu, aku tau bahwa perjuangan
sebenarnya baru akan dimulai setelah lulus dari bangku kuliah. Tahap awal
perjuangan hidup selepas kuliah adalah, “perjuangan mencari kerja”.
Okee sekian intronya, maaf
kalau kepanjangan wkwkwk.
Aku tau dan paham kalau
mencari kerja itu sulit. Emm bukan mencari sih, lebih tepatnya lolos tes masuk
kerja. Tetapi sulit bukan berarti ga bisa kan. Oke berikut adalah beberapa
pengalaman tes kerja yg aku lalui dan semuanya GAGAL.
a.
PT. Wijaya Karya,
Tbk
Siapa sih yang ga kenal dengan BUMN karya
yang satu ini? Pasti para careerseeker
kenal dengan BUMN yang satu ini. Waku itu aku mendaftar lewat career center
(CDC) kampusku, dan lowongan yang buka adalah untuk jurusan T. Sipil dan Akuntansi,
tapi aku tetep coba daftar itung2 buat latihan tes kerja. Ternyata, aku lolos
admin dan lanjut ke psikotes wkwkwk. Aku excited banget waktu itu karena itu
tes pertamaku. Alhamdulillaah nya, aku lolos dan lanjut ke wawancara psikolog.
Wawancaranya biasa aja kok ga begitu tegang. Aku ditanya soal kepribadian dan
kegiatan selama kuliah. Dan hasilnya sudah ketebak, aku ga lolos. Ya iyalah
secara kualifikasi jurusan aja ga sesuai, tapi lumayan lah punya dapet
pengalaman tes kerja.
b.
BPJS
Ketenagakerjaan
Aku sempat menaruh harapan tinggi saat tes
BPJS TK. Tes administrasi aku lolos, kemudian lanjut tes online. Tes online nya
seperti TPA, aku juga lolos untuk tes online dan lanjut ke TPA paper based. Waktu itu tesnya di deket
UIN Jogja. Sebenernya tesnya tak terlalu sulit, tetapi waktunya yang ekstra
mepet. Di tes ini peserta kudu dengerin instruksi pengawas dengan
sebaik-baiknya. Misalnya, kalau pengawas tes menyuruh stop, ya harus stop dan
ga boleh pegang pensil lagi. Kesalahanku waktu itu, saat pengawas bilang stop
tapi aku sedikit telat berhenti mengerjakan soal, hasilnya, ga lolos cuy. Oiya,
selain pengawas ujian juga ada petugas yang berkeliling memantau peserta. Jadi,
hati-hati ya folks, kecurangan atau kesalahan sekecil apapun akan memengaruhi
kelulusan.
c.
Astra Daihatsu
Motor
Tes diadakan di UGM, Jogja. Aku melamar
posisi HC Group leader. Tes tahap awal seperti pada umumnya yaitu psikotes.
Seperti biasa aku lolos tahap ini. Oiya, ADM memakai sistem gugur dalam
psikotesnya, jadi hasil langsung diumumkan hari itu juga. Setelah psikotes
lanjut FGD dan wawancara psikolog, ini merupakan satu rangkaian ya, bisa
wawancara dulu atau FGD dulu, waktu itu aku mendapat kesempatan FGD dahulu.
Topik yang dibahas seputar manajemen perusahaan dan kita berperan sebagai supervisor
yang menghadapi masalah terkait kinerja bawahan. Kita dituntut mencari solusi
atas masalah tsb. Sedikit saran ya, jangan terlalu aktif saat FGD, namun juga
jangan pasif2 amat, ngomong seperlunya asalkan berbobot dan argumentasi kuat.
Setelah FGD lanjut wawancara, disini ditanya seputar kegiatan dan latar
belakang keluarga. Setelah 2 minggu menunggu, ternyata aku tak mendapat kabar
kelanjutan tesnya, yaa bisa dibilang aku gagal lagi.
d.
PT. PLN
Wkwkwk aku sudah gagal dalam psikotes.
Soalnya susah cuy, bener-bener beda tingkatannya dibanding psikotes pada
umumnya.
e.
PT. Pos Indonesia
Tahapannya hampir sama dengan BPJS TK,
yaitu administrasi, tes online, tes online (di lokasi tes), lanjutannya aku
gatau karena gagal di tes ketiga. Heuheuuu….
f.
PT. Liebra Permana
Sebuah perusahaan garmen besar di Wonogiri, memiliki 3
pabrik di Wonogiri, Ungaran, dan Bogor. Tes disini sebenernya ga sulit2 amat.
Tesnya Cuma psikotes, wawancara HRD, dan wawancara user. Waktu itu aku udah
wawancara HRD dan mungkin karena itu pertama kalinya aku berhadapan langsung
dengan HRD, jadi kurang maksimal saat tes. Akupun juga gagal di pt ini.
Oke itu tadi adalah beberapa
tes yg aku jalani selama tahun 2018 lalu, sebenernya masih buanyaakk yang tidak
aku sebutkan dan semuanya GAGAL.
Sudah setahun sejak aku
wisuda dan belum juga dapat pekerjaan. Sebenernya sudah banyak tes yang aku
ikuti sepanjang 2018 lalu namun belum satupun yang lolos. Sedih? Sudah pasti!
Putus asa? Absolutely NO!!
Sebenernya ada hal yang
sedikit mengganjal pikiranku. Selama ini lulusan hukum dikenal masyarakat
pandai berbicara dan mengutarakan pendapatnya bahkan tak segan mendebat orang
lain, intinya lulusan hukum terkenal memliiki public speaking yang baik.
Masalahnya adalah aku bukan tipe orang seperti itu. Aku cenderung bersifat
pendengar dibanding pembicara. Setiap mencari lowongan untuk staff hukum, pasti
tertera kualifikasi "mahir bernegosiasi" atau apapun yang berhubungan
dengan komunikasi interpersonal. Aku tahu mencari pekerjaan bukan sekedar
akademik, kecocokan kepribadian individu dengan kebutuhan perusahaan lah yang
lebih berpengaruh.
Aku pernah konsul ke salah
satu psikolog di career center salah satu kampus soal hal di atas. Beliau
bilang bahwa setidaknya aku punya 2 dari 3 kemampuan komunikasi, yaitu menulis
dan mendengarkan. Yang kurang? tentu saja bebricara. Beliau berkata 2 kelebihan
itu jangan sampai menutupi 1 kelemahanku dalam berbicara. Memang dalam dunia
kerja, seorang lulusan hukum dituntut mahir berkomunikasi interpersonal dan aku
telah punya 2 kemampuan yang harus dikuasai. Soal kemampuan berbicara? Bisa
dilatih sekarang dan ditingkatkan lagi nanti jika sudah diterima kerja.
Intinya, 2 kelebihan jangan sampai tertutupi oleh 1 kekurangan, ya, aku harus
lebih percaya pada diriku sendiri jika aku mampu.
Terkadang sulit untuk
menerima diri sendiri, dan sering merasa inferior dibandingkan orang lain.
Melihat teman2 yang telah berhasil mendapatkan pekerjaan impian, aku merasa
sangat tertinggal dari mereka. Tapi pasti ada hal positif di balik ini semua.
Aku jadi punya banyak waktu untuk olahraga, belajar, bersih2 rumah, dan aku
merasa ada peningkatan dalam intensitas beribadah meskipun kualitasnya masih
biasa2 aja. Aku percaya bahwa manusia diciptakan bersama dengan timeline kehidupan masing-masing. Tidak
ada yang terlalu cepat maupun terlambat. Aku terus meyakinkan diriku sendiri
bahwa Tuhan punya rencana yang lebih indah dari ini semua. Semua niat baik
pasti berujung baik pula. Demikian kata guru mengajiku dahulu.
Itulah sedikit pengalamanku
dalam menikmati masa-masa menjadi careerseeker.
Bagi yang masih menganggur sama sepertiku, teruslah berusaha, habiskan jatah
gagal kita, karena Tuhan pasti memiliki hadiah terindah untuk kita di masa
depan….aamiin.